Hampir sama dengan Armageddon, film ini berbumbu roman cinta-cintaan, namun soal porsi nya berbeda. Kalau di film ini, konflik yang diangkat selain meteor ada juga konflik cinta antara dua remaja, dan konflik keluarga sang repoter televisi. Dan, memang karakter utama sepertinya diletakkan pada mereka meski tidak berkaitan langsung di dalam cerita.
Seorang remaja yang sedang kasmaran, Leo Beiderman, tanpa disengaja menemukan tanda aneh di langit. Yang ternyata kemudian, tanda aneh berupa cahaya tersebut dinamakan dengan Wolf-Beiderman, merupakan sebuah meteor raksasa yang siap menabrak bumi. Tokoh utama kedua adalah sang reporter televisi, Jenny Lerner, yang memiliki konflik keluarga.
Bedanya dengan film Armageddon, disini konflik nya berlipat-lipat. Kalau di Armageddon, diceritakan sukses membelah menghancurkan meteor yang siap menabrak bumi, sedangkan di film garapan sutradara Mimi Leder ini malah sebaliknya, kurang begitu berhasil pada percobaan pertama. Upaya menghancurkan meteor dengan harapan bisa membelokkan arah orbit meteor ternyata gagal awalnya. Dan menjadi konflik baru, yaitu adanya penentuan dari negara siapa saja yang berhak masuk gua penyelamatan atau "Bahtera Nuh" modern. Perbedaan lain adalah film ini tidak memiliki hits soundtrack seperti Armageddon dengan lagu I Dont Wanna MIss A Thing- nya Aerosmith.
Soal spesial efek, Movielitas menilai keduanya sama-sama canggih untuk ukuran teknologi era itu. Disini pun demikian. Memorable. Terutama saat meteor menembus bumi. Penampakan meteor, tsunami, bagus. Megah.
Overall, Movielitas suka film ini. Hanya saja, yang kurang menarik dari film ini adalah terlalu bertele-tele di awal cerita hanya untuk masuk ke inti film. Soal konflik meteor dan drama cinta atau keluarga, masih boleh. Untuk urusan spesial efek, keren.
Deep Impact (1998) - 6/10
Comments
Post a Comment