Versi 2022, tetap sama. Plot dan alur ceritanya tidak mengalami perubahan. Gaya thriller-nya hampir seragam dengan gaya thriller Hollywood pada umumnya. Dari awal film bergulir, tugas penonton hanya menebak siapa yang akan menjadi lakon utamanya akan mendapat porsi sorot kamera lebih banyak. Lalu, selanjutnya tinggal menunggu detik-detik dentuman kemunculan sang Leatherface.
Plot cerita film ini sangat mudah ditebak arahnya, seperti yang disebutkan sebelumnya karena faktor seragam. Kaku. Dan tidak menarik. Yang paling menonjol sekaligus jadi faktor minus untuk Movielitas adalah film ini lebih banyak bermain di area jual adegan sadis berdarah-darah. Terutama pada bagian pembantaian dalam bis kota, sangat berbeda jauh kualitasnya dengan tahun 2006 silam.
Kesan pertama yang muncul saat film berjalan film ini seperti menghemat budget. Lokasi cerita lebih besar porsi-nya di penampakan sebuah kota mati yang justru tampak seperti studio film. Terkesan ala kadarnya asal jadi film yang sadis berdarah-darah.
Overall, tidak menarik. Nama besar Texas Chainsaw Massacre jatuh di seri yang satu ini, meskipun sudah mengikuti jaman kekinian seperti menambahkan adegan bermain aplikasi ala Instagram atau Live IG Story, tidak berpengaruh banyak. Dibandingkan dengan kualitas thriller ala Halloween garapan sutradara Rob Zombie tanpa hiasan pernak-pernik jaman kekinian, film ini terlalu jauh di bawah.
Hingga sekarang, Movielitas agak kesulitan mengingat antara Leatherface dan Jason Voorhees di Friday The 13th. Keduanya secara fisik hampir sama. Gaya serta pola aksi juga tidak jauh berbeda. Apabila Batman bisa dipertemukan dengan Superman, maka tinggal menunggu kelak akan ada sineas yang berani mempertemukan antara Leatherface, Jason Voorhees, dan Michael Myers dari tim Halloween.
Texas Chainsaw Massacre (2022) - 4/10
Comments
Post a Comment