Kesan pertama kali melihat poster film nya, memunculkan ekspektasi akan suguhan perang minimal drama perang di film besutan sutradara Ang Lee ini. Tapi, ternyata meleset. Meleset jauh.
Pertanda ekspektasi meleset diawali dengan kemunculan aktor Chris Tucker yang Movielitas kenal dari aksi laganya bersama Jackie Chan. Padahal, peran Chris disini pun sudah dibuat sangat serius, namun tetap saja berhasil merubah atmosfir film terasa seperti film drama komedi. Dan, faktor yang menghapus kesan drama perang serius ini adalah kemunculan Steve Martin, yang sering muncul di film-film komedi keluarga. Menurut Movielitas, pemilihan Chris Tucker dan Steve Martin di genre film ini terasa kurang tepat.
Movielitas menilai plot cerita dengan inovasi konflik di dalamnya, kurang begitu menarik. Adegan demi adegan terasa kaku. Sangat kaku. Dan, yang paling mengganggu bagi Movielitas adalah pengambilan gambar full face close-up. Pemilihan aktor-aktor muda untuk karakter “militer” juga kurang begitu pas pada penggunaan kostum tertentu.
Konflik utama film ini, sepertinya, berporos pada traumatis yang dialami prajurit Billy Lynn selama bertugas di Iraq. Dari sana, muncul konflik batin, lalu muncul konflik persaudaraan, hingga tak ketinggalan konflik asmara yang sangat amat instan ekspress. Bertemu di lapangan, tanpa basa-basi langsung jatuh cinta dan berpisah. Tapi, ada yang berkesan yaitu penampilan aktris muda Makenzie Leigh. Perutnya bagus sekali pasti banyak membuat iri yang menonton. Keren.
Destiny Child? Really? Beyonce? Movielitas menilai di adegan Destiny Child ini cukup fatal. Kesan yang nampak adalah terlalu memaksa memunculkan karakter Destiny Child hingga dengan lambaian tangan dari (seolah-olah) Beyonce di backstage. “Pemaksaan” memunculkan karakter Beyonce dengan Destiny Child-nya dengan gaya membelakangi kamera ini tidak main-main hingga ke hitungan menit. Gaya seperti ini (memunculkan karakter mirip – bukan asli- ) seingat Movielitas pernah dipakai di film Johnny English dengan karakter Ratu Inggris. Namun tidak “dipaksa” tampil sepanjang Destiny Child dengan Beyonce – nya seperti disini. Bisa jadi, memang awal targetnya adalah memunculkan karakter Destiny Child lengkap di atas panggung pada break halftime pertandingan American Football. Entah, mungkin tidak kesampaian.
Overall, fatal. Hingga kehadiran aktor sekelas Vin Diessell
ataupun sekaliber Kristen Stewart pun terasa hambar dengan peran-perannya
disini. Beyonce? Movielitas sendiri pun
pernah tahu memang ada event American Football dengan konser di tengah babak.
Banyak artis-artis, penyanyi, besar dunia ditampilkan disitu dan menjadi
milestone tersendiri di media Youtube. Tapi, penyambungan konflik drama perang dengan
konser tengah babak pertandingan American Football di film kali ini, Movielitas
kurang paham betul maksud dan tujuannya akhir ceritanya. Yang pasti, kurang
menarik, konfliknya hambar, akting dan alur ceritanya kaku, banyak aktor aktris
besar ditampilkan sebagai daya jual tapi menjadi mubazir di eksekusi penampilannya. Movielitas lebih menyukai karya Ang Lee di Life Of Pi.