Dari sisi cerita, lumayan. Tidak terlalu mainstream bisa ditebak arahnya. Setidaknya misteri apa yang sedang terjadi dan alasannya bisa dijaga hingga akhir.
Dari sisi horor, khas. Jika melihat nama di belakang layar film ini, ada nama Blumhouse, maka menyaksikan gaya horor disini tidak jauh berbeda.
- Style horor dengan low budget.
- Tidak banyak makan lokasi karena setting cerita berada di dalam kamar dan di depan laptop milik Blaire.
- Tidak banyak karakter yang dimunculkan. Hanya 7 karakter utama yang di atas panggung.
Membuat film ini tidak terlalu berat dengan alur cerita dan horornya. Meski kadang perpindahan cepat klik demi klik antara main web cam dengan tumpukan aplikasi di laptop Blaire membuat bingung.
Yang menarik dari film ini dan mungkin bisa ditiru oleh para penjiplak adalah ladang promosi.
- Skype sebagai main theme dengan aplikasi group live video chat.
- Youtube.
- Facebook dengan fitur Page, menu dashboard, dan Chat. Sekaligus trik melaporkan akun yang "tiada" dan tips untuk step unfriended (jangan lupa refresh the page).
- Google, absolute for Search-nya. Di dalamnya ada Google Chrome dan Gmail.
- Spootify, sebagai aplikasi musik pilihan Blaire.
- Trojan Destroyer., aplikasi pilihan Ken.
- iMessage, aplikasi chat via desktop.
- Instagram, sebagai aplikasi tanda bukti bully yang menimpa Laura.
- Pinterest, Wikipedia, Twitter, sebagai daftar icon shortcut yang ada di menu browser Chrome milik Blaire.
Keseluruhan, krearif-unik- dan fresh. Pesan moral dalam film ini adalah berhati-hati dalam memposting sesuatu di dunia maya karena bisa jadi postingan kita tidak hanya menyakiti atau melukai perasaan seseorang tapi juga lebih jauh bisa menghancurkan mental yang berakibat fatal.
Pesan lainnya, tidak hanya manusia yang kini sedang berpacu dengan perkembangan teknologi, dunia lain pun tidak mau kalah mempelajari dan menggunakan jalur internet sebagai sarana pembalasan sakit hatinya. Oleh karena itu, harus lebih waspada dan bijak dalam menyikapi "dunia lain".
Unfriended (2015) - 7/10