Entah mungkin saja pada waktu itu ada produser Hollywood yang mampir ke sini dan mendengar kisah pembunuhan kopi sianida dan terinspirasi.
Hingga saat tulisan ini dibuat, ramainya persidangan kasus pembunuhan kopi rasa sianida masih menggema. Entah kebetulan atau terinspirasi, film ini mengangkat tema yang mirip dengan kasus nyata yang pernah terjadi negeri ini.
Pembunuhan dengan racun sianida. Bedanya disini bukan dengan kopi tapi jus jeruk. Lalu, disinggung juga sedikit soal arsenik. Seperti yang pernah terjadi dialami oleh aktivis kemanusiaan di negeri ini.
Film yang "unik". Kesan pertama memasuki permulaan jalan ceritanya terasa seperti disuguhi aroma drama romantis beda usia yang manis. Seorang dosen, Abe, dan mahasiswinya, Jill.
Semakin ke dalam, aroma drama romantis perlahan mulai berubah arah menjadi dramanticrime. Drama. Romantic. Crime. Ada cerita kriminal yang menggantikan suasana drama percintaan dosen-mahasiswi.
Mulai dari konflik cinta beda usia kemudian berlanjut ke konflik crime yang dibangun, cukup menarik. Simple. Tidak berbelit-belit. Alur ceritanya pun tidak berat. Mudah diikuti dari awal hingga akhir.
Beberapa poin yang menarik buat penulis. Penampilan Joaquin Phoenix yang merubah penampilan fisiknya. Emma Stone yang....so gorgeous. Beautiful absolute. Kaitan akting antara Emma dan Joaquin yang terjalin apik. Dan, unsur musik pengiring film yang "bertolak belakang" dengan konflik kriminal, musiknya diisi dengan lincah dan riang.
Keseluruhan, film yang menarik dengan paduan 2 konflik tapi disuguhkan dengan alur ringan, cerah, dan musik yang "menghibur".
Irrational Man (2015) - 7/10