Sebuah sajian yang luar biasa. Menarik sebenarnya hanya saja ada kesulitan "menembus" berat-nya cerita di babak pertama.
Cukup banyak kesan yang bisa penulis tangkap dari film garapan Lars Von Trier ini. Pertama pembukaan layar, pantas saja terasa "deja vu". Pernah melihat gaya slow-mo dengan tone warna sendu seperti disini. Dari nama sutradara dan gaya slow-mo di opening scene tenyata film ini merupakan "saudara" dari film Von Trier lainnya yang cukup kontroversial, Antichrist.
Ada dua babak yang dilempar. Mengapa dua, karena film ini menceritakan kakak-adik, yaitu Justine dan Claire. Dan, kedua babak disini diper-satu-kan dalam satu simbol yaitu Melancholy.
Babak pertama. Justine. Ini babak terberat. Penulis harus berulang kali menyimak ulang untuk menangkap inti cerita. Dengan kualitas sederet nama bintang besar Hollywood, kisah babak Justine ini menyajikan sebuah tragedi ironis.
Pernikahan adalah masa paling bahagia bagi sebuah pasangan. Tapi jangan harap bisa melihat kebahagiaan di babak Justine ini. Sebaliknya, berbagai "hantaman" membuat kisah yang seharusnya bahagia menjadi pemandangan serba canggung / totally disaster of awkward moment.
Dalam satu babak, disajikan bagaimana kebahagiaan Justine di hari pernikahannya seperti kiamat tak terhindarkan layaknya sebuah planet lain menabrak bumi. Dimulai dari sikap ibu kandungnya, frustasi kepada atasan, tekanan mental atas pengorbanan materi sang kakak. Bahkan paling parah, Justine berhubungan intim dengan pria lain di hari pernikahannya sendiri.
Babak kedua. Babak milik Claire. Kakak dari Justine. Babak ini merupakan babak terbaik karena inti konfliknya mudah didapat. Babak ini berfokus pada karakter Claire yang menyadari bahwa di langit malam hari ada dua objek bulan yang menyinari bumi.
Keberadaan objek tersebut menarik rasa ingin tahu Claire untuk mencari jawaban melalui internet. Dan, hasilnya adalah ada pergerakan sebuah planet yang mengarah tepat ke arah bumi. Disini akan nampak dua sisi depresi antara Justine yang menghancurkan pernikahannya sendiri dan Claire yang sendirian sadar akan datangnya kiamat.
Keseluruhan, film ini menarik. Terutama konflik di babak kedua. Bertabur nama bintang besar Hollywood dengan kualitas akting yang luar biasa terutama pada babak pertama, babak kiamat ala manusia. Tone warna dan gaya alur cerita ala Von Trier ini unik dan khas.
Versi penulis, ada pesan yang dapat kita ambil dari cerita disini,
- Film ini menampilkan dua sisi kiamat. Kiamat ala manusia dan kiamat ala bumi. Kiamat versi manusia sejatinya dapat diatasi dengan melupakan masa lalu dan kembali melangkah - memperbaiki kesalahan. Tapi, untuk kiamat versi bumi, tidak ada yang bisa berlari sembunyi.
- Film ini seolah mengajak kita menempatkan diri dan berpikir dari sudut pandang Claire. Apa jadinya bila memang "tarian" Melancholy itu benar-benar nyata kelak?
Melancholia (2011) - 6/10