Skip to main content

Meruntuhkan tembok angkuh Alcatraz

Woww, keren.

Penulis mulai mengenal Clint Eastwood sebenarnya dari karyanya sebagai sutradara bukan dari kiprahnya sebagai aktor meski tahu bahwa sebelum menjadi sutradara bertangan dingin, Clint merupakan aktor besar di jamannya.

Jadi, sebelum ada Tim Robbins berduet dengan Morgan Freeman di Shawsank, ada film ini yang berlatar belakang mirip, yaitu kisah pelarian narapidana secara cerdas dan luar biasa. Memilih film ini, tak lain tak bukan nama Clint Eastwood sebagai pemeran utama. Kedua, film ini diangkat dari kisah nyata.

Adalah Frank Morris, salah seorang narapidana yang sempat mencicipi kerasnya penjara Alcatraz, sebuah penjara dengan label kebanggaan maximum security. Namun, Frank Morris lah yang akhirnya mampu mencoreng nama sangar Alcatraz. Ya, Frank Morris dan kedua narapidana lainnya mampu melarikan diri dari Alcatraz.

Keberadaan mereka (di dunia nyata) tidak diketahui pasti. Terlepas dari hidup atau tenggelam di lautan, tetap saja mereka mencatat sebuah "prestasi" besar dengan pelarian mereka dari Alcatraz.

Dari sisi plot cerita, film ini cukup baik meskipun klasik. Tidak berat. Tinggal mengikuti kejeniusan ala Frank Morris yang memiliki IQ cukup tinggi.

Alur ceritanya memiliki irama yang baik. Tensi film ditata apik sejak awal, kemudian pelan-pelan dibangun menanjak, menjadi meningkat semenjak Frank mulai menetapkan waktu melancarkan aksinya.

Keseluruhan, menarik. Plot ceritanya sederhana dengan drama ringan dan aksi jenius yang luar biasa.

Soal kejeniusan Frank Morris, keren. Bagaimana menggali tembok sedikit demi sedikit diawali dengan nail clippers (gunting kuku), lalu membuat tiruan tembok bahkan dummy head.

Pesan moral dari film ini adalah "meniru" Frank Morris. *!! Bukan tentang meniru menjadi narapidana apalagi narapidana di Alcatraz karena moto Alcatraz (mungkin sama dengan lainnya) "Tidak menciptakan warga negara yang baik melainkan menciptakan narapidana yang baik."

Melainkan tentang kesabaran level dewa. Frank Morris "mengajarkan" bagaimana untuk percaya pada rencana kita, dan tetap bersabar sedikit demi sedikit mengatasi "tembok" ketidakmungkinan (baca "masalah") yang mengurung.

Menurut data yang penulis tahu, konon membutuhkan waktu 15 bulan untuk merencanakan pelarian dari Alcatraz. Sebuah rencana "dijaga" hingga 15 bulan lamanya. Dan, bila memang benar adanya demikian, tentu bukan sembarang iman yang mampu percaya dengan menjalani rencana selama 15 bulan lamanya.

Kesabaran tingkat master lainnya yang disajikan di film ini adalah menggali. Dengan besi kecil, untuk menggali lobang di tembok penjara, penulis bayangkan tentu sangat "megah" perjuangan secungkil demi secungkil debu tembok Alcatraz.

Luar biasa. Two thumbs up for Frank Morris for "digging" the problem and Clint Eastwood for his style at this movie. Nice.

Escape From Alcatraz (1979) - 7/10

Popular posts from this blog

Manorgate

Kali ini Jason Blum dengan Blumhouse Prod. nya melahirkan satu karya lagi. Kali ini bukan genre biasanya, horor, melainkan thriller. Secara konsep atau ide cerita, Movielitas suka. Keren.  Berkisah tentang sekelompok orang, menurut sinopsis yang beredar berjumlah sebelas dua belas, hanya karena Movielitas lemah dalam menghitung tokoh, jadi sebut saja sekelompok orang pria-wanita tua-muda yang terbangun dari pingsan di sebuah hutan belantara. Mereka semua bersamaan tersadar dengan kondisi mulut dibekap. Setelah berhasil melepaskan ikatan mulut, satu-per satu dari mereka pun ditembak di tempat. Dan cerita pun mengalir dengan tanda tanya besar apa yang sebenarnya terjadi. Alur cerita film ini dijalankan memakai konsep akibat-sebab. Mereka yang menjadi korban merupakan warga dari negara-negara bagian yang ada di Amerika sana. Bukan tanpa alasan mereka "terpilih" untuk dijadikan pesta pembunuhan. Dari akibat dibunuh satu per satu, akhirnya muncul dua konflik yaitu mencari dalang d

Dibalik obat Ridocaine

Sajian kali ini berkisah tentang seorang ibu yang hidup dengan anak perempuannya. Sang anak menderita sebuah penyakit kelumpuhan dan harus hidup di atas kursi roda. Konflik terjadi karena pola pendidikan sang ibu yang terlalu "sayang" kepada sang anak hingga membatasi sang anak dari dunia luar. Hingga sang anak mulai beranjak dewasa dan mulai kritis terhadap apa yang terjadi pada dirinya. Alur plot ceritanya lumayan. Seperti judulnya hanya terdiri 3 huruf, Movielitas menyukai gaya minimalis cerita, konflik dan pemainnya. Tidak perlu melebar kemana-mana. Gaya thriller-nya soft saja, tidak yang penuh emosional. Dari segi akting, chemistry antar duo aktris sebagai ibu-anak, Sarah Paulson-Kiera Allen, cukup bagus. Mungkin, versi Movielitas, film ini mengangkat realita yang kadang memang ada, dimana gaya didikan orang tua ada yang terlalu protektif dengan alasan kasih sayang. Di satu sisi baik, tapi di sisi lain, juga bisa "melumpuhkan" sang anak itu sendiri. Overall, ba

Pembahasan tentang seks dalam keluarga

Wooww... Warning dulu. Karena film ini sarat dengan hal-hal yang berbau "dewasa", pastinya tidak cocok dikonsumsi bagi jiwa-jiwa labil yang gemar meniru. Warning berikutnya, siapkan tisue... Dari judulnya mungkin sudah bisa ditebak isi buah film ini. Pertama dari negara Perancis, dan kedua berkisah seputar seksual. Menarik. Setidaknya film ini membahas seputar seksualitas di sebuah keluarga yang tidak tabu membahasnya. Dan, bagi keluarga ini, seks merupakan kebutuhan manusia selayaknya makan. Siapapun memerlukan makan, dan seharusnya menjual makanan bagi kebutuhan orang lain pun tidak ada salahnya. Sebaliknya, siapapun (harusnya) membutuhkan atau setidaknya memiliki naluri seksual. Bagi Movielitas dari segi cerita, drama film ini mungkin memiliki pesan moral seputar pentingnya edukasi seks dalam sebuah keluarga. Bukan untuk hal negatif, justru untuk bekal bagi yang muda agar tidak sembarangan mengumbar nafsu secara tak bertanggung jawab. Sedangkan

Tiger Wong versi layar lebar

Begitu Nicolas Tse menyebut nama karakternya ... Tiger Wong, baru semuanya jelas. Ternyata film ini merupakan adaptasi dari komik lawas yang fenomenal (setidaknya bagi jaman penulis Sekolah Dasar dulu) yang berjudul Tiger Wong. Alur ceritanya sendiri, kurang begitu menancap baik. Karena sibuk mencocokkan karakter yang ada di film dengan memori penulis tentang komik Tiger Wong. Dan, ternyata memang berbeda. Yang penulis kenal dari komik Tiger Wong, adalah petualangan duo Tiger Wong dan Gold Dragon. Disini ada karakter Dragon Wong (kakak dari Tiger Wong) yang di komik karakternya "terlewatkan" dan diceritakan telah meninggal. Lebih pas bila karakter Tiger Wong dibawakan Donnie, pendapat penulis. Karakter Tiger Wong disini minus jurus Sembilan Matahari. Gold Dragon. Disini justru bernama Turbo. Sama, menggunakan Nunchaku. Sama, andalan jurus Baju Besi Emas dengan simbol Lonceng Besi. Minus karakter Guy si Tapak Budha. Disini ada karakter 4 sahabat, namun

Asmara terlarang yang membakar gairah di kamar 422

Warning for under 24 y.o. !!! ( 24++ ) Dari sisi konsep, film ini cukup kreatif. Tentang percintaan yang "panas" dalam waktu semalam di sebuah kamar hotel di Italia. Drama percintaan yang panas disini bukan antara pria dan wanita, melainkan wanita dengan sesama wanita yang baru saling mengenal satu sama lain. Alur ceritanya sederhana, tidak banyak makan lokasi. Sepaanjang film dihabiskan di sebuah kamar hotel. Otomatis, fokus karakternya pun hanya dua saja. Antara Bela dan Natasha. Alur ceritanya, ngobrol-bercinta-ngobrol-bercinta-ngobrol-bercinta.... Untuk sesi dewasanya, cukup berani dan panas. Untuk sesi konflik dramanya, biasa saja. Yang tertinggal dari kisah di film ini adalah pertanyaan, apakah kedua aktris cantik seksi di film ini tidak merasa masuk angin selama pembuatan film?? Room In Rome (2010) - 6/10

Memburu jejak emas batangan bermotif penari Bali

Dulu, seingat penulis film ini cukup fenomenal pada jamannya. Terutama pada penggunaan mini cooper. Meskipun sebenarnya Mr.Bean sudah lama memakai di serial televisi. Kini, ada kesempatan kembali menikmati sajian film yang disutradarai F.Gary Gray. Dan, yang baru bisa penulis sadari adalah jajaran cast -nya yang ternyata cukup mantab. Mark Wahlberg, Jason Statham, Mos Def, Donald Sutherland, Edward Norton, tak ketinggalan pemanis yang seksi Charlize Theron. Kalau dari template ceritanya, kurang lebih mirip gaya Ocean Eleven . Satu tim dengan gaya santai berusaha "merampok" barang curian jutaan dollar. Banyak bintang tenar yang kemudian diletakkan sebagai tim dengan keahlian. Disini minus anggota dari daratan Asia. Tidak perlu memikirkan caranya atau berapa biayanya. Baik antara tim Ocean maupun tim Charlie disini memiliki kesamaan, semua serba sudah tersedia. Tugas mereka hanya menyajikan hiburan apik aksi pencurian kelas atas. The Italian

Kisah Dua Anak Manusia Yang Terdampar Indah

Film ini penulis dengar gaungnya karena disebut-sebut kontroversial (pada jamannya). Sejauh apa kontroversialnya. Ide ceritanya lumayan. Sebuah kapal besar dengan penumpang bangsawan mengalami kerusakan di tengah laut. Di antara yang selamat adalah sepasang saudara laki-perempuan yang masih anak-anak, Richard-Emmeline, ditemani oleh seorang dewasa, Bapak Button. Mereka bertiga kemudian terdampar di sebuah pulau kecil terpencil tanpa signal apapun. Kurang lebih seperti Castaway. Dan, tak lama berselang, Bapak Button meninggal. Jadilah Richard-Emmeline hidup sendirian di pulau itu. Beranjak dewasa....inilah fokus ceritanya. Kontroversialnya mungkin terletak di poin ini. Di satu sisi, "menarik" sekali. Brooke Shield pada saat itu masih cantik,imut,menggairahkan. Film ini seolah mengajak ikut berfantasi, bagaimana jadinya bila terdampar berdua.. ( dengan catatan kalau dengan mirip Brooke Shield versi muda ini! ) pasti asyik... Lain cerita kalau ternyata pasang

Tak Seperti 4Bia

Mungkin terkena "demam sekuel" yang akhirnya menjadi kurang greget. Sekuel dari 4bia ini terasa sedikit memaksa horor hingga "harus" horor. Ada 5 kisah, yang terasa masih kalah kualitas jika disandingkan dengan 4bia . Horor yang ditampilkan banyak adegan kejutan khas film horor standard, dengan make up evil penuh darah menyeramkan, dan terasa sangat biasa. Dari 5 kisah yang dihadirkan, hanya kisah In The End yang terasa berkesan. Masih memakai pemeran sama dengan 4bia, cerita In The End masih tetap dalam porsi komedi horor yang ditampilkan pas. Phobia 2 (2009) - 5/10

Blue Magic

Film kali ini tergolong cukup panjang durasinya. Meski begitu harus diakui memikat dan tidak rugi diikuti hingga akhir cerita. Plot cerita yang dihadirkan, diperkuat dengan karisma akting Denzel Washington, membuat film ini menjadi sangat berkualitas. Karya Ridley Scott tahun 2007 ini berkisah seputar biografi Frank Lucas . Mantan "kaki kanan" gembong besar narkoba Bumpy Johnson di kawasan Harlem. Sepeninggal Bumpy, Frank berhasil membuat bisnis narkobanya sendiri dan berkembang pesat. Bak Robin Hood, apa yang diraih oleh Frank juga ikut dirasakan oleh kawasan Harlem. Tentu saja, perkembangan bisnis Frank juga dinikmati oleh sebagian besar polisi yang notabene seharusnya melarang peredaran narkoba. Di lain pihak, Richie Roberts sedang "dicibir" oleh karena melakukan tugasnya sebagai polisi yang jujur, tidak kaya, dan bersih namun berantakan dalam rumah tangga. Dan, secara apik dalam film ini ada 3 porsi cerita besar secara proposional. Karakter penjahat

Pembunuh profesional sekaligus penyembuh impoten

Dari judulnya yang menantang memang film ini hanya menjual keseksian klasik semata. Dicampur aroma laga namun masih kalah besar porsinya dengan adegan seksi yang hanya "setengah". Alur ceritanya cukup bagus dibuat berliku. Yang berkesan dari film ini adalah mengingatkan pada jaman Sekolah Dasar dulu. Gaya rambut Simon Yam memang cukup trendy pas jaman itu. Nama Simon Yam sendiri cukup dikenal sebagai aktor film seksi. Naked Killer (1992) - 6/10