Kala itu Mei 1999. Bayern Munich bertemu Manchester United di Nou Camp dalam perhelatan akbar final Piala Champion.
Pada saat itu juga, tahun 99 berarti penulis masih duduk di bangku SMA. Masih aktif bermain serta mengikuti segala macam tayangan pertandingan sepakbola kapanpun waktunya. Seingat penulis laga Munich versus MU inipun terjadi saat dini hari dan penulis juga menyaksikan melalui televisi.
Yang terjadi saat itu adalah kenangan emosional, dimana MU tertinggal 1 gol dan sudah hampir dipastikan kalah. Namun, mendekati masa akhir, Sir Alex memasukkan dua amunisi senior, Teddy Sheringham dan Solksjaer, yang akhirnya lewat mereka berdua lah keajaiban itu terjadi. Manchester United tercatat dalam sejarah sebagai juara Piala Champion tahun 1999 mengalahkan Bayern Munich dengan skor 2-1 dalam masa injury time 3 menit.
Dan, belum selesai sampai disitu. Tahun 1999 merupakan tahun emas Manchester United karena sebelum menjuarai Liga Champion, MU sukses menjuarai Liga Inggris dan Piala FA. Saat itu, resmi MU telah meraih gelar treble.
Film ini dilihat dari posternya, penulis mengira berbicara seputar sepakbola karena tentu saja penarik daya minat terbesar adalah David Beckham. Ternyata, keliru.
Begitu opening, film ini sedikit mengulas final Liga Champion. Penulis lagi-lagi menebak, film ini akan membahas seputar kejayaan MU kala itu, ternyata masih salah.
Film ini mengulas tentang "bagaimana bisa MU menjuarai 3 turnamen bergengsi sekaligus dalam satu musim (1998-1999)?" Mengutip dialog Eric Cantona yang ikut hadir dalam memberikan testimoni interview, mengatakan bahwa ada sebuah perfect script atau naskah sempurna yang disiapkan sejak tahun 1992.
Dan, film ini resmi mengulas tentang 6 orang lulusan akademi talenta muda pesepakbola yang dimiliki MU. 6 orang ini saling mengenal ketika masih berusia belasan tahun. Mereka adalah:
- Gary Neville
- Phill Neville
- Nicky Butt
- Paul Scholes
- Ryan Giggs
- David Beckham
Mereka berenam awalnya terjun ke tim inti tentu saja pada saat masih berproses. Namun, di tangan dingin Sir Alex, mereka berenam menjadi tulang punggung utama di tim inti MU dari 11 pemain inti.
Disini, silih berganti mereka saling menceritakan kisah pengalaman berkesan selama berlaga menang-bertarung kalah bersama-sama. Saling mengomentari satu sama lain. Saling mengomentari kepribadian masing-masing.
Sebagai narasumber tambahan di luar 6 mantan punggawa MU di atas, dihadirkan mulai dari Eric Cantona, Zinedine Zidane, pemusik hingga seorang Tony Blair. Menandakan bahwa kehadiran angkatan 92 ini tak hanya berpengaruh sebatas kancah sepakbola kota Manchester tapi juga politik, budaya, dan dunia.
Yang penulis rasa kurang adalah sisi narasumbernya. Karena di belakang 6 punggawa (muda) pada 1999 ini masih ada sederet nama Peter Schmeichel, Jaap Stam, Roy Keane, Teddy Sheringham, Solksjaer, Yorke, dan Andy Cole. Mereka "tidak bisa" dihadirkan disini. Lalu, masih ada angkatan Eric Cantona, yaitu Paul Ince, Steve Bruce, Mark Hughes, Kanchelskis.
Keseluruhan, dokumenter ini menghibur. Memberikan aroma nostalgia kebesaran nama Manchester United pada era 1999. Dan, bagi para fans berat klub MU, film ini tentunya bakal menjadi koleksi wajib untuk dinikmati.
The Class Of 92 (2013) - 7/10