Indahnya pesan damai dari negara yang berseteru
Sudah beberapa kali menyaksikan film Korea dengan latar belakang seteru panjang pihak Korea Utara dan Selatan sebagai konflik kunci. Salah satunya juga dihadirkan lagi disini. Dan, sineas Korea belum kehabisan daya kreatif mengolah sebuah film sebagai kritik sosial untuk perdamaian.
Kali ini olahan drama seteru Korut dan Korsel ditampilkan secara manis dengan tambahan satu pihak lagi yaitu, Amerika. Ada 2 prajurit Korsel, 3 prajurit Korut, dan 1 pilot berkebangsaan Amerika. Mereka semua kelelahan dalam perang dan terdampar di sebuah desa yang dinamai Dongmakgol.
Momen paling penting sekaligus paling manis versi penulis ada pada adegan menjemur seragam serdadu. Kemudian para serdadu yang berseteru ini bersama-sama memakai baju warga desa Dongmakgol.
Disinilah letak pesan moral utama dari film Korea ini yaitu ketika kita melepaskan "baju" perbedaan (agama, bahasa, ideologi, daerah, suku, dll) dan berbaur menjadi satu, akan terlihat lebih indah. Kita akan belajar menyadari bahwa meskipun berbeda tapi semua manusia sama-sama merasakan lapar, dan (mungkin saja) ketika duduk sambil bakar daging buruan dan makan bersama. Awalnya mungkin terasa canggung, tapi kemudian kita akan tertawa bersama.
Sisi ironis dari film ini adalah berusaha menyuarakan pesan damai dari sebuah negara yang pernah (mungkin masih) berseteru dengan "saudara" sendiri. Tentu sebuah pesan positif yang manis.
Meski pesan damai disampaikan dengan bungkus drama manis diselingi komedi kecil, kemudian dilebihkan dengan didramatisir, tetap saja tidak mengurangi kualitas pesan moral-nya yang menyuarakan indahnya perdamaian.
Keseluruhan, dramanya bagus.
Komedinya tidak terlalu di-konyol-kan tapi kocak.
Dramatisir mengharukan ala Korea tetap ada, paling berkesan adalah momen penjatuhan bom pamungkas.
Pesan moral, tersampaikan dengan baik.
Nice movie and recommended.
Welcome To Dongmakgol (2005) - 8/10