Sekedar basa-basi sedikit, pertama kali penulis mengenal nama Chernobyl sekitar tahun 2006-2007 dari sebuah majalah National Geographic. Kala itu yang penulis tahu Chernobyl merupakan sebuah kota di Ukraina yang terkena bencana nuklir sekitar tahun 80an. Dan menjadi kota mati.
Ide ceritanya, cukup kreatif. Setidaknya mampu membuat "alasan" dasar bagaimana membuat horor di sebuah kota mati. Yaitu sekumpulan pemuda yang ingin mencicipi wisata ekstrim. Seekstrim apa? Yaitu melakukan tur di kota bekas bencana nuklir. Tentu saja mereka seharusnya sendirian di kota mati tersebut, namun ternyata tidak.
Kalau dirasa, sebenarnya film ini mempunyai kisah simple. Horornya juga lumayan. Suasana kota mati yang dipilih sebagai lokasi cerita yang bekas bencana nuklir, sangat membantu membangun kesan horor. Sepi. Mati.
Horor kemudian ditambah dengan efek suara-suara aneh dan serangan binatang. Masih cukup menarik. Kesan mistis melalui suara, bagus. Kesan thriller by animal cukup bagus juga.
Namun, bagi penulis, ketika jalan cerita memasuki babak baru yaitu pembukaan rahasia horornya, terasa kurang menarik. Membangun horor dengan serangkaian mutant hidup ala zombie, sepertinya masih terlalu "tinggi berfantasi". Kesannya menjadi horor futuristik fiktif. Kurang natural alami.
Menurut penulis, seandainya saja, horor yang dipilih adalah jenis horor "beda" alam, baru akan menarik. Contohnya momen penampakan anak kecil. Cukup terasa membuat merinding.
Sayangnya, bagian ending menjadi lebih kurang menarik lagi.
Chernobyl Diaries (2012) - 6/10