Menunggu Konsep Pasar Tradisionline

Pasar tradisional sendiri versi penulis tempat bertemunya penjual dan pembeli secara massal (bersamaan). Keberadaannya saat ini menurut penulis mulai "terancam" oleh ekspansi super agresif oleh minimarket yang lebih minimalis dan bersih.

Pasar tradisional menurut beberapa sumber artikel yang penulis baca, peranannya masih penting. Meski jaman sudah berganti serba online, namun kedudukan pasar tradisional dari sisi ekonomi maupun sejarah masih dinilai penting untuk dilestarikan.

Sedangkan di kota penulis, masih ada banyak pasar tradisional yang hingga kini tetap berdiri. Soal kunjungan ke pasar, terakhir kali ketika masih duduk di bangku SMA. Itupun bukan dalam rangka belanja melainkan diajak teman ambil barang di bedak milik orang tuanya.

Picture By wikimapia

Apakah ada yang menggunakan blog atau website dan media sosial untuk mempromosikan? - ini menarik bila dibuat ide.

Penulis melihat contoh Lazada. Penulis juga pernah bertransaksi di sana. Dan, menurut bahasa penulis sendiri, Lazada berisi merchants (para penjual) yang menjual produk mereka di bawah naungan Lazada. Beberapa online shop yang sejenis juga (sepertinya) menggunakan sistem seperti itu. Jadi, versi penulis, Lazada mengangkat konsep pasar tradisional (bertemunya pembeli dan penjual) kemudian di-online-kan. Hanya saja minus bahan atau bumbu dapur seperti beras, merica, garam, gula, dkk. Tinggal sekarang menunggu konsep pasar tradisional sebenarnya yang di-online-kan.

Sistem pasar tradisional online mungkin saja sudah ada (salah satunya Johar-Online, penulis kurang tahu banyak soal Johar-Online ini, hanya tag-nya Pasar Tradisional Go Online!). Harapan penulis kelak ada inisiatif dari pemerintah atau swasta yang tidak hanya mampu merevitalisasi fisik pasar belaka tapi juga yang mampu membangun aplikasi sistem online berbasis website bagi pasar tradisional agar bisa mengimbangi eksistensi menjamurnya online shop ataupun minimarket berantai. Tidak harus fokus pada kegiatan jual-beli saja melainkan juga pada penyediaan informasi profil atau sejarah pasar itu sendiri. Fisiknya harus tetap ada, hanya mengembangkan sayap melayani pembelian online. Ada celah yang mungkin bisa dimanfaatkan misalnya belanja bahan dapur online untuk kalangan lokal atau daerah.

Semoga bermanfaat.


Comments

  1. Sekaranng pasar bukan hanya di dunia nyata saja, tapi juga di dunia maya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. @rahmat,harapan ke depannya seperti itu. Sebuah pasar induk memiliki profil/website atau mungkin juga aplikasi smartphone di dunia maya agar generasi penerus tahu sejarah pasar tradisional di kota mereka. Thx 4 comment nya

      Delete
  2. Hehehe kalo di desa masih begitu eksis pasar tradisional itu. Kayak di daerahku

    @adibriza

    ReplyDelete
    Replies
    1. @adibriza, harus dilestarikan itu karena pasar salah satu ikon sebuah daerah.Contohnya Pasar Sukowati, orang akan ingat Bali. Thx comment ny

      Delete
  3. Ya, karena pasar tradisional itu umum, jadi kebersihannya juga sebatas 'ini milik saya'.
    Betul sekali, pasar tradisional perlu dilestarikan.
    Kalau terakhir mengunjungi pasar tradisional waktu SMA, maaf, tahun berapa? hehe.. berarti apakah sekarang sudah banyak berubah, ya, pasarnya.
    Jadi, semoga saja ada pedagang di pasar tradisional yang juga mempromosikan secara online barang dagangannya, ya. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. @dini, maaf juga...pokoknya SMA, hehe. Berubah banyak, tidak juga. Masih ada masih tetap bikin macet juga karna ramainya. Mungkin kalau ada aplikasi online siapa tahu bisa traffic-less. Tapi tidak berarti hanya fokus pd sisi jual-beli smata, teknologi tetap digunakan tanpa menghilangkan sisi historis nya untuk edukasi bagi generasi berikut. Thx

      Delete
  4. Tapi kalo online lebih banyak penipuannya ya

    @umimarfa

    ReplyDelete
    Replies
    1. @umimarfa, klo beli beras di pasar lain kota, jelas resiko penipuan besar. Maksud saya untuk transaksi jual-beli online d atas sebatas lokal saja. Tentu nya dikelola dengan tertib. Misal,d sebuah pasar induk ada 10 lapak, maka yg bisa berjualan via online hanya 10 lapak saja, bukan siapa saja bisa jualan. Sistemnya, ada uang ada barang. Bayar dulu baru kirim. Unt minimalkan penipuan itu tadi. Thx comment nya

      Delete
  5. memang sich, seiring kemajuan zaman, pasar tradisional makin hilang peminat, seharusnya pasar ini dapat menjadi daya tarik jika dikelolah dengan baik oleh masyarakat dan pemerintah etempat

    ReplyDelete
    Replies
    1. @maschun, setuju. Kelak mungkin pasar tradisional bisa "menyesuaikan" diri dengan teknologi tanpa harus menghilangkan fisiknya. Thx 4 comment

      Delete
  6. Di kota saya pasar tradisional semakin sepi peminat,tergerus pesaingan mini market dan departement store

    ReplyDelete
    Replies
    1. @sie ti, kelak mungkin akan ada tema market park. Sebuah pasar induk dipugar kembali dipadukan dengan taman dan ruang publik. Dilengkapi dengan wifi dan rest room yg bersih. Tujuannya agar suatu saat bukan ibu2 saja yang pamit ke pasar, tapi juga anak2 remaja pamit mau belajar kelompok atau nongkrong di taman pasar....

      Delete
  7. Idenya menarik, Mas. Untuk membantu omzet pedagang pasar tradisional dibuatkan semacam Customer Service khusus bagi pembeli yang tidak bisa datang ke pasar. Tinggal telpon, pesen barang yg diinginkan, lalu dikirim ke rumah. Tentunya ada biaya tersendiri :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. @yuniar, setuju. CS disini menurut saya adalah "pihak pengelola/admin". Daripada jadi rebutan swasta, adilnya adalah pemerintah. Kemudian dari fisiknya juga perlu dibenahi lebih kekinian agar tidak berfokus pada omset semata, tapi juga agar generasi sekarang tidak hanya mengenal mall atau dept.store.
      Setuju juga, ide "sang pembuat tema" ini memang menarik.Thx.

      Delete
  8. kalau ditempatku pasar tradisional masih ramai dikunjungi untuk urusan bumbu-bumbu dapur, tapi sepertinya untuk omset penjualan pakaian menurun, banyak yang memilih super market.

    @gemaulani

    ReplyDelete
    Replies
    1. @gemaulani, semoga ke depan omset penjualan bumbu dapur bisa meningkat dan menutupi omset lain yang menurun. Tetap semangat..:) thx comment

      Delete
  9. Kalau saya pribadi sih, kurang setuju dan cenderung menentang adanya konsep e-commerce untuk pasar tradisional.

    Esensi komunikasi-tawar menawar-silaturahmi yang menjadi ciri khas pasar tradisional akan hilang.

    kecuali, kalau cuma bikin website sebagai media promo.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dulu, saya mengenal sebuah alun-alun. Konsep lama, kebanyakan pedagang. Fasilitas rusak. Kalangan tertentu yang menikmati. Kriminalitas juga ada. Kurang bersih.
      Sekarang, dipugar dan dimodernisasi. Bahkan ada pengawasan dari pihak keamanan. Bebas kaki lima. Fasilitas (katanya) wifi. Semua kalangan masuk. Ramai. (Bahkan) ada spot untuk selfie.
      Modernisasi sebisanya tidak menghilangkan esensinya. Tapi membantu melestarikan.
      Meski ada sistem e-banking. Orang tetap ke bank. Bukan menghilangkan fisik bank, tapi untuk melebarkan sayap untuk kenyamanan nasabah.
      Menurut pandangan saya, sistem e-commerce tujuannya untuk melebarkan sisi ekonomis. Kalau konsep lama, transaksi bisa terjadi bila mengunjungi lokasi. Dengan konsep e-commerce, diharapkan transaksi bisa terjadi dari luar lokasi.
      Modernisasi tidak hanya soal memudahkan transaksi. Juga perlu secara fisiknya. Kelak mungkin akan ada wifi di sebuah pasar untuk mendukung e-commerce itu tadi. Ditunjang dengan sarana publik yang lebih baik, misal ditambahkan taman di tengah pasar. Atau penambahan warung-warung ekonomis yang bersih.

      Dengan harapan, esensi silahturahmi pasar itu tidak hilang, justru diperlebar diperluas, tak hanya genre tertentu yang harus ke pasar. Tidak hanya golongan ekonomi tertentu yang ke pasar. Tidak hanya usia tertentu yang mau ke pasar. Tapi semua golongan bisa dan nyaman ke pasar. Harapan lain, pasar tradisional tetap menjadi ikon kota dan tidak tergusur oleh mall dsb. Thx 4 comment @andhikaamp

      Delete
  10. Kreatif ya bisa online :)
    Pasar di sini masih belum bisa kayak gitu

    @amma_chemist

    ReplyDelete
    Replies
    1. @amma, (menunggu) bisa online. Ada satu website pasar online,tapi saya masih kurang info lebih jauh. Thx commentny.

      Delete
  11. Asyiknya kalo konsep ini bisa dikembangkan seluruh pasar tradisional yah

    bukanbocahbiasa(dot)com
    @nurulrahma

    ReplyDelete
    Replies
    1. @nurul, lebih asyik lagi kalau dilengkapi info harga bumbu dapur ter-update. Harga lombok hari ini, sekian rupiah per kg. Semoga kelak teknologi bisa semakin membantu. Thx comment.

      Delete
  12. kalo pake online kayaknya kurang asyik,,, pasar tradisonal bakal nggak rame kayak sekarang deh jadinya
    @chikarein

    ReplyDelete
  13. @chika, ya jangan sampai teknologi "menyingkirkan" tradisi. Harapannya dengan teknologi, bisa membantu... Thx commentny

    ReplyDelete
  14. idenya boleh juga,, :D
    tapi menurut saya hal ini harus dipikirkan lbih matang lg,, masalahnya untuk meng-online kan pasar tradisional, maka scr fisik, pasarnya jd kurang rame :D
    @aleksdejavu

    ReplyDelete
    Replies
    1. @aleks, ya mungkin bisa disiasati dengan program get voucher belanja via online, dan penukaran voucher harus di lokasi.. :) Thx comment nya

      Delete
  15. Pasar tradisional online, artinya dr segi SDM juga harus melek internet. Sejujurnya, saya masih blank implementasinya akan spt apa.

    Tp kalau adanya fasilitas online atau web informasi terkait pasar tradisional, tentu akan sangat menunjang eksistensi pasar tradisional.

    @ririekayan

    ReplyDelete
    Replies
    1. @ririekayan, menurut saya mungkin harus ada pihak admin (pengelola) yang mengurusi bidang online-nya. Yang kemudian diteruskan ke pedagang (bila ada transaksi). Admin disini juga tidak melulu soal transaksi, tapi juga mengupdate data harga, program pasar, info profil pasar, promo produk2 pasar,dsb. Thx commentnya :)

      Delete
  16. bagus juga tuh, jualan merica di online shop. :D

    @f_nugroho

    ReplyDelete
  17. terimakasih gan tentang infonya dan salam sukses

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Dibalik obat Ridocaine

Tiger Wong versi layar lebar

Asmara di dalam kelas yang terlarang