Menonton film ini kesimpulannya adalah seperti melihat sunset di tepi pantai di kala mendung dan hujan deras. Indah? Pastinya, karena sunset adalah keindahan alam sejati. Mustahil? Tentu saja.
Mengapa demikian? Karena Cecilia Cheung. Cantiknya...bbrrr!! Sadis. "Aneh"-nya, malah jatuh cinta kepada seorang supir angkutan umum. Tidak salah? Tidak. Sekali lagi, jatuh cinta pada Louis Koo yang berprofesi sebagai supir angkot.
Indah? Tentu saja. Romantis. Seorang gadis jatuh cinta pada duda. Mustahil? Tentu saja. Mana ada di jaman sekarang wanita secantik Cecilia Cheung ini jatuh cinta pada pria biasa apalagi supir.
Alur ceritanya menarik. Seorang wanita harus tegar di saat kehilangan pria yang dicintai-nya. Tegar disini diterjemahkan dengan menceritakan karakter Cecilia Cheung ini harus menggantikan posisi kekasihnya sebagai supir angkot. Mustahil, bukan? Tentu saja. Di jaman sekarang mana ada wanita yang sudi jatuh gengsinya berprofesi rendahan apalagi kalau merasa sudah "cantik"?
Konfliknya menarik juga. Grafik cerita ditarik naik kemudian turun lalu naik lagi. Konflik wanita yang berusaha tegar dibawakan apik oleh akting manis semanis wajahnya Cecilia Cheung ini.
Lau Ching Wan. Kalau dibandingkan dengan Louis Koo tentu saja, secara usia Louis Koo lebih muda dan lebih fresh. Disini pemasangan Lau Ching Wan sudah pas, tampang biasa dengan masa lalu yang tak indah berkeluarga, namun memiliki hati mulia.
Film drama "fantasi" romantis ini memberi pesan moral bahwa hidup harus dihadapi dengan kepala dingin. Move on. Hidup terus bergulir. Lupakan spion belakang (masa lalu), lihat ke depan. Tidak keras kepala. Tidak egois. Selalu ada kesempatan kedua dan jalan keluar. Dan pesan moral terpenting, cinta tanpa landasan materi itu adalah seperti sunset di pantai.
Mari dinikmati sajian filmnya sembari direnungkan kembali...
Lost In Time (2003) - 7/10