Kesimpulan setelah menonton film ini adalah menarik karena berdasarkan kisah nyata - genre favorit, Jennifer Carpenter, dan kisah Emily Rose itu sendiri.
Alur cerita dalam film ini konsepnya maju-mundur. Maju berarti di jaman kini di ruang persidangan, mundur berarti asal muasal adanya persidangan. Meski berjalan ke dua arah, film ini tidak kehilangan daya tarik cerita. Masih menarik dan masih dapat diikuti.
Konsep horornya dibangun dengan baik meski sudah umum seperti film pengusiran setan lainnya. Tidak banyak make-up menakutkan, justru film ini sudah bisa membentuk horor dari suasananya. Seperti keterangan Bapa Moore yang mengatakan bahwa jam 3 pagi adalah jam kemunculan...
Pesan yang terkandung disini tentu saja ada pada babak pembacaan surat wasiat dari Emily, yaitu ada dunia yang mungkin percaya tidak percaya memang ada yaitu dunia irasional, dunia di luar logika. Dan, pesan dari Bapa Moore, bahwa pengadilan di dunia adalah pengadilan dari manusia oleh manusia dan untuk hal-hal manusiawi rasional, bukan untuk kasus seperti Emily. Dan, melalui Emily diharapkan dunia menjadi tahu bahwa memang ada dunia irasional yang hidup berdampingan dengan dunia manusia.
Adalah Jennifer Carpenter yang sukses membawakan karakter Emily Rose. Kualitas aktingnya mampu menguatkan suasana horor film ini. Hebatnya, disini tanpa memaksa menonjolkan sensualitas Jennifer (sepanjang film tak ada Jennifer berkostum seksi) seperti kebiasaan horor lokal. Dapat dipastikan bila ada film lokal yang "meniru" tema seperti film ini, pasti akan memakai pemeran seksi luar biasa sebagai bintang utamanya. Karena memang di film ini yang ditonjolkan adalah kualitas cerita bukan kualitas fisik pemerannya.
#kebiasaan ritual pengusiran setan di beberapa film, selalu meminta nama....
The Exorcism of Emily Rose (2005) - 7/10