Kaku. Persis sinetron lokal. Hanya jualan tampang rupawan-jelita dengan pamer kesempurnaan lekuk tubuh. Fashion blink-blink dengan jalan memaksa lenggak lenggok high heels. Ceritanya kurang menarik. Akting dangkal. Konflik sinetron. Seksi cantik blink-blink mengkilat.
Alur cerita, apalagi gaya akting dan konfliknya persis sinetron lokal-an. Yang muda yang berpesta. Yang kaya yang bercinta. Sedikit-sedikit party, sedikit-sedikit kissing, sedikit-sedikit seksi. Entah film ini hanya film atau promosi sebuah distrik di HK sana. Menurut data wiki, Lan Kwai Fong sendiri adalah sebuah area hiburan malam yang cukup tenar setidaknya bagi para muda-mudi disana.
Film ini berusaha membalikkan fakta bahwa dibalik gemerlap dunia malam masih ada cinta abadi membara tanpa harta semata, muntah.
Alur ceritanya sendiri berjalan datar dengan akting yang dangkal. Hanya satu yang menonjol, keberanian tampil seksi keberanian beradu ciuman. That's all. Just kiss but everywhere everysecene. Benar-benar nanggung. Pakaian seksi tapi hanya kiss dan paling berani hanya geliat kanan-kiri dengan ekspresi wajah dipaksakan seksi.
Pesan moral film ini? Mungkin menunjukkan bahwa muda-mudi jaman sekarang adalah muda-mudi bercinta harta. Yang pria berusaha keras sangat keras mengikuti trend, yang beruntung kaya bisa ikut yang miskin gigit sandal. Yang wanita, tinggal lenggak lenggok, segala harta langsung menghampiri.
Menurut penulis, bila film ini bagian dari promosi destinasi, akan merugikan merendahkan kualitas destinasi itu sendiri. Berkelas namun murahan. Sebab seperti di cerita dalam film ini, sangat mudah mendapatkan kenikmatan hanya dengan bergaya eksklusif (bila memungkinkan tak hanya bergaya namun benar-benar eksekutif). One night stand. Cinta-cintaan. Bila sampai dibawa menikah, itu bonus. Tapi, bila gagal, cari lagi. Film berkelas tapi "murah" yang bercerita tentang sinetron dunia berkelas tapi "murah".
Lan Kwai Fong (2011) - 4/10