Film ini sebenarnya bagus. Menarik. Menyinggung kehidupan umum. Sayang, terasa "lembek". Kurang powerfull.
Tentang persahabatan dan kelas ekonomi yang terjadi di sebuah daerah Cemetery Junction. Sebenarnya, tidak hanya di sana, melainkan dimana-mana pasti ada "jurang" atau gap kelas ekonomi. Kaya-miskin.
Tiga karakter utama dalam film ini mencerminkan kegalauan para pemudia usia 20an di saat harus memilih dan mulai memikirkan langkah ke depan hidup.
Freddie, adalah sosok pemuda yang sadar akan pentingnya masa depan. Mulai bekerja sebagai sales asuransi jiwa. Namun, seperti kenyataan, dunia kerja (disini asuransi), akan banyak menemukan kecocokan dengan di film ini. Yang senior yang menjual banyak policy karena mereka bekerja lebih dulu, akan merasa sombong dan sangat sombong. Berdiri di ujung kemakmuran tanpa pernah peduli produk apalagi jiwa kliennya yang penting adalah komisi.
Ironis, sales asuransi, menjual produk penggantian kehilangan nyawa, namun tak akan pernah 100% peduli pada klien satu per satu. Paling emosional disini adalah momen ketika Freddie mengikuti acara bos asuransi yang secara sombong memberhentikan sales tua dan memberikan penghargaan sebuah fruit bowl.
Bruce. Adalah cermin kegalauan remaja yang bermimpi kelak akan sukses namun tidak pernah melakukan perubahan. Bekerja buruh kasar. Gemar berbuat onar dan bolak balik ditangkap polisi. Hidup berantakan. Bermimpi namun tak berani melakukan sesuatu.
Snork adalah cermin pemuda yang kurang acuh pada masa depan. Lebih banyak melakukan apa yang disuka pada hari daripada berpikir tentang masa depan.
Mana yang sukses? Jodoh di tangan Tuhan. We don't know about tomorrow. Sayangnya ending film ini kurang mantap.
Cemetery Junction (2010) - 6/10
Comments
Post a Comment