Film ini "menyindir" gaya anak gaul jaman sekarang yang gemar berbagi cerita kisah hidup dari penting hingga tidak penting lewat media sosial di internet. Gayung bersambut, para ilmuwan informatika pun menanggapi para "keluhan" para netters sosmeder gaulers ini. Salah satunya di film ini yang berkisah tentang demam sosial media socialredroom(dot)com.
Oya, tak lupa juga menyindir tentang keranjingan posting mau makan mau jalan mau pip..mau be...mau tidur tampan mau tidur cantik mau ini itu posting. Tak lupa pasang foto unyu mulut dimonyong-monyongkan mencoba mengalahkan kerbau. Juga tak ketinggalan foto selpie. Plus video selpie.
Gaya konsep cerita di film ini sangat standard. Para bintangnya "fresh". Yang karakter wanita cantik seksi berani buka-bukaan. Flirt, happy-happy, menari seksi, kegilaan party. Lalu dicampur dengan gaya serbuan para terorist mutan zombie yang juga terkena demam dari sosial media redroom. Kurang lebih seperti serbuan I Am Legend.
Di tengah serbuan zombiers gaul, karakter utama yang terjebak di sebuah ruang (entah kamar asrama atau apartment, kurang jelas.Red) masih sempat ber-online ria. Masih sempat video chatting. Masih sempat lihat para sekaraters di luar sana yang sedang dying in the whole world. Malah dengan lugunya, Jed "memaksa" berdialog "is this the end of the wrold?" This is too much dramatizers. Terlalu mendramatisirkan. Padahal, efek serbuan zombie nasional sama sekali tak terasa di alur cerita.
Tapi mungkin itulah inti dari pesan film ini yaitu ketika terkena demam sosial media pasti akan berimbas pada dramatisir berlebihan. Mulai posting tentang sekarat hingga posting di tengah suasana gawat darurat. Seperti itu ADA. Nyata.
Lalu hubungannya dengan zombie? Bisa jadi merupakan semboyan para gaulers yang menganggap di luar dunia sosial media adalah zombie sirik. Entah apa maksudnya. Tapi begitu film ini berkisah yang berusaha keras dan memaksa menggabungkan kisah sosial media Redroom dengan zombie dan armageddon.
Antisocial (2013) - 5/10