Ketika melihat Cha Tae Yun di Champ, penulis spontan teringat pada sebuah kisah inspirasi yang pernah penulis baca. Tidak persis sama, namun yang bisa disamakan adalah tema racing nya. Tidak begitu ingat pula dimana cerita itu, di buku apa, dan judulnya. Penulis hanya ingat garis besar cerita tersebut dan coba penulis urai dengan bahasa penulis sendiri.
Alkisah, ada seorang belia remaja pria berusia belasan tahun. Gemuk. Overweight. Namun, dia menggemari olahraga lari. Entah gemar atau ingin menurunkan berat badan. Sebut saja dia sebagai si Giant.
Giant pun mendaftarkan dirinya ke dalam kegiatan lari di sekolahnya. Meski kadang Giant harus menjadi bulan-bulanan bahan tertawa cemoohan teman-temannya karena fisiknya yang tiada atletis. Sang guru pun tak tinggal diam, kuatir dengan sisi psikologis Giant terlalu terluka, sang guru berniat menghentikan niatan Giant untuk berlari.
Namun, Giant bersikukuh untuk terus melanjutkan pelajaran berlari. Bahkan berniat keras mengikuti kejuaraan lari antar sekolah yang akan dimulai 2 bulan lagi. Tak hanya sekali sang guru dan rekan-rekan Giant "memaksa" niat Giant untuk mengikuti kegiatan berlari, namun seringkali. Tapi Giant tetap bersihkukuh. Fisik gendut-nya tidak menghalangi niat. Di sela-sela waktunya, Giant terus berlatih di lapangan sekolah. Semangat Giant akhirnya mengalahkan semua cemoohan dan larangan.
Pada hari perlombaan. Giant pun bersiap di garis start dengan ratusan pandangan sinis, geli, meremehkan, dan negatif lainnya dari tribun penonton. Perlombaan dimulai.
Tentu saja, dapat terlihat jelas, sejak dari awal start, Giant tertinggal jauh. Awalnya tentu saja "tingkah pola" perjuangan Giant mengejar lawan-lawannya menjadi bahan tertawaan banyak orang dalam stadion. Namun, Giant tak berhenti berlari meski susah payah mengatur nafasnya sendiri.
Riuh penonton melihat susah payah Giant membuat Giant semakin kedodoran tertinggal jauh di antara pelari lainnya. Giant pun menangis sambil berlari. Nafasnya semakin tak teratur. Air mata semakin deras mengiringi langkah demi langkah kaki Giant. Bahkan ketika pelari lainnya, bisa overlapping melewati Giant.
Giant tak berhenti dan menyerah. Giant terus berlari, kadang harus berjalan sejenak mengatur nafas, belari lagi, berhenti kembali. Putaran kelima, putaran terakhir. Penonton mulai sedikit tenang. Semua pelari kecuali Giant, telah sampai di garis finish.
Apa yang terjadi selanjutnya adalah sorak tepuk tangan. Pelari lainnya "menjemput" Giant, kemudian menyemangati Giant agar tak berhenti berlari hingga garis finish. Giant pun akhirnya sampai di garis finish sebagai pelari urutan terakhir.
Kisah Giant dan film Champ mengajarkan tentang semangat hidup. Hidup adalah perjuangan. Perlombaan. Bukan masalah menang atau kalah, namun prosesnya. Bukan masalah menang atau kalah, tetapi siapapun yang berhasil menyelesaikan perlombaan hingga finish sejatinya adalah pemenang.
Belajar dari film Champ ini adalah tentang semangat menyelesaikan "perlombaan" yang mungkin kita bukanlah juara. Akan ada banyak halangan yang berusaha meruntuhkan semangat juang kita. Akan ada perlawanan untuk semangat kita. Kita bukan pemenang nomor satu, tetapi lebih terhormat sebagai pecundang terakhir di garis finish daripada berhenti menyerah.
Comments
Post a Comment