Setelah Open Water dan Adrift, ini adalah film "saudara" ketiga bagi penulis seputar petaka liburan di atas lautan samudera. Penulis menyukai gaya film sejenis ini karena tidak terlalu kompleks dalam mengikuti alur. Kunci film ini adalah kekuatan visualnya, penulis katakan berhasil apabila film mampu memindahkan imajinasi atau ikut merasakan saat menonton ke dalam posisi survival karakter yang ada di jalan cerita.
Tentang perjalanan berlibur yang berubah menjadi petaka. Formula cerita masih sederhana dan sama dengan baik Open Water maupun Adrift. Intro lalu konflik. Kedalaman cerita tidak rumit. Sisi konflik dan ketegangan di atas laut yang ditampilkan sudah cukup realistis dan natural hanya terasa kurang rapat terlalu banyak bagian "wait and attacked"
*Film ini dan mungkin sejenisnya kadang sudah memberi clue di sesi awal. Tampak disini karakter mana yang lebih disorot pada bagian intro drama percintaan, maka biasanya menjadi the last one*
**Di antara ketiga bersaudara bertema terapung mengapung ini penulis menarik garis besar,
- Dari sisi opening, Adrift paling menarik. Visualnya segarkan mata.
- Dari sisi drama, Adrift juga paling unggul. Karena memiliki unsur drama yang terasa berlapis.
- Dari sisi cause of conflict-nya, Open Water lebih menarik dan realistis sekaligus feel fatalnya lebih terasa.
- Dari sisi konflik, Adrift lebih ke drama seteru antar karakter. Namun dari sisi ketegangan, The Reef lebih baik dalam penampilannya.
- Dari sisi ending, Open Water lebih terasa. Memilukan dalam keheningan tanpa histeria. Adegan berbicara.
The Reef (2010) - 6/10