Sebelum mendapatkan film ini, ekspektasi awalnya adalah horor. Ratingnya menarik, tanpa membaca sinopsis kanan-kiri. Tutup mata. Dan, dapat. Tonton.
Kesan pertama yang muncul adalah mantab. Luar biasa. Dan, dua jempol untuk film Korea satu ini. Megah. Keras. Bila dilukiskan dengan musik maka film ini adalah Rockestra. Campuran antara jenis orkestra yang megah bermain melodi bersama dengan gitar cadas.
Yang menarik disini adalah judul "aku melihat setan/iblis". Dan, baru penulis sadari bahwa "iblis" disini bukanlah horor iblis jadi-jadian atau iblis dunia lain, melainkan sisi hitam yang terdapat di dalam dua karakter utama dalam film ini. Yang satu iblis dan yang lainnya adalah monster. Pertemuan antara iblis dan monster.
Apa yang dilakukan oleh sang iblis disini memang kasar dan keras. Cadas. Sedangkan sebaliknya, karakter Soohyun, memainkan perannya sebagai monster dingin yang bermain The Hunting Game. Catch it released it. Catch it released it. Kunci utama The Hunting Game yang dimainkan oleh Soohyun adalah memberi 1000 - bukan - melainkan pembalasan 10000 kali lebih sakit.
Alur ceritanya sederhana. Seorang pembunuh berhati iblis melukai perasaan seorang petugas keamanan berhati monster. Dan, tanpa twist macam-macam berlika-liku dalam. Dari awal sudah diketemukan dua karakter ini, tidak ada twist tersembunyi. Namun, kekuatan film ini justru terletak pada The Hunting Game-nya yang dibuka blak-blakan bahkan beberapa moment terasa vulgar.
Ada dua bintang disini yang semuanya bermain mantab.
Choi Min Sik sebagai Kyung Chul. Great actor. Tidak kalah dengan gaya dingin Al Pacino. Gaya psikopatnya sangat berkesan.
Lee Byung Hun sebagai Soo Hyun. Cool. Calm. Dingin namun mematikan sekaligus "menyeramkan". Paling berkesan dari karakter Soo Hyun ini adalah janjinya, yaitu memberi pembalasan bukan 1000x lebih sakit melainkan 10000x lebih sakit. Wooww...keren. Top. Nice actor. By the way, yang menonjol dari penampilan Soo Hyun disini adalah jaketnya keren.
Keseluruhan, film Rockestra ala Korea ini memiliki emosi manis. Total menarik. Almost perfecto. Film ini membuktikan bahwa iblis tidak harus identik dengan dunia alam lain, melainkan juga justru dari dalam jiwa manusia itu sendiri.
Dan, harus diakui setelah menyaksikan film ini, meninggalkan kesan tersendiri yang dalam. Sekaligus berkata lirih, memang kita telah menyaksikan "iblis" dari dua karakter yang ditampilkan.
I Saw The Devil (2010) - 9/10