Berbicara "margin", yang penulis ketahui hanya secuil saja. Di dunia saham, memang ada istilah margin, yang penulis terjemahkan dalam bahasa awam, hutang dulu. Memakai uang pihak lain membeli saham. Tentunya nilai hutang yang dikandung bukanlah jumlah segelintir. Bila harga saham naik, maka kayalah. Bila turun, entahlah.
Kalau di film ini, yang penulis suka hanya separuh bagian. Karena film ini sebenarnya sangat simple. Berkisah tentang konflik dua hari satu malam. Sebelumnya, film ini dikatakan mengadaptasi dari kejadian nyata. Dan seputar gejolak pasar saham.
Simple. Pagi, di sebuah kantor, ada segmen PHK besar. Salah satunya adalah Eric Dale yang terkena pemecatan. Pesan Dale sebelum meninggalkan gedung kepada Peter Sullivan, adalah "berhati-hatilah". Malam harinya, dimulailah konflik tersebut.
Disinilah menariknya. Alur cerita berjalan tenang, tanpa gejolak meski menceritakan kegentingan tingkat mahadewa. Dimulai dari tingkatan karyawan paling bawah sekelas Sullivan, naik ke sekelas supervisor (Will). Naik ke Kabag. (Sam), naik ke Kepalanya Kabag (Cohen), naik lagi ke CEO (Tuld). Tiap tingkatan tersebut digambarkan kalem namun kuat. Setiap segmen tergambar jelas ada kecanggungan bagaimana berkomunikasi antar bawahan-atasan.
Dan semuanya itu berlangsung dari pagi-pagi berikutnya. Segmen setelah rapat komite eksekutif menjadi kurang menarik bagi penulis. Apalagi konflik sebenarnya kurang begitu paham. Konflik seputar volatilitas dalam film ini masih terlalu "tinggi" buat penulis.
Pesan moral film ini mungkin diperuntukkan untuk badan usaha, bahwa karyawan potensial mungkin investasi terbaik bagi perusahaan. Dan, saham adalah investasi high risk high gain. Persis seperti pesan Eric Dale sebelum pintu lift tertutup, "Be Carefull".
Margin Call (2011) - 6/10